Lebaran adalah momen yang sangat di nantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Salah satu tradisi yang di lakukan saat Lebaran adalah mengenakan baju koko. Baju koko adalah pakaian tradisional yang khas di pakai oleh pria Muslim saat menjalankan ibadah Salat Idul Fitri. Namun, tahukah Anda bahwa asal-usul baju koko sebenarnya berasal dari China?
Baju Koko, Pakaian Tradisional Pria Muslim
Baju koko adalah pakaian tradisional yang memiliki ciri khas berupa kerah tinggi dan potongan longgar. Pakaian ini umumnya terbuat dari bahan yang nyaman seperti katun atau linen. Baju koko sering kali di padukan dengan celana panjang atau sarung, serta peci sebagai pelengkapnya.
Baju koko di pakai oleh pria Muslim di berbagai negara, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Pakaian ini menjadi simbol identitas keagamaan dan juga mencerminkan kesederhanaan dalam berpakaian. Selain itu, baju koko juga memberikan kesan yang sopan dan rapi saat di kenakan.
Asal-Usul Baju Koko dari China
Meskipun baju koko telah menjadi pakaian tradisional umat Muslim di berbagai negara, asal-usulnya sebenarnya berasal dari China. Pada abad ke-17, terdapat hubungan perdagangan yang erat antara China dan negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Pada saat itu, para pedagang Muslim dari Indonesia sering melakukan perjalanan ke China untuk berdagang. Mereka kemudian terinspirasi dengan pakaian tradisional China yang memiliki kerah tinggi dan potongan longgar. Pakaian tersebut kemudian di adopsi dan di ubah sedikit sesuai dengan kebutuhan dan budaya masing-masing negara.
Di Indonesia, baju koko pertama kali di kenal dengan sebutan “baju Tionghoa” atau “baju Tiongkok” karena pengaruh dari China. Pada awalnya, baju koko hanya di pakai oleh kalangan tertentu, seperti para ulama atau tokoh agama. Namun, seiring berjalannya waktu, baju koko menjadi populer dan di pakai oleh masyarakat umum, terutama saat Lebaran.