Sejarah Terbentuknya Kerajaan Sunda
Berdasarkan fakta sejarah bahwa Kerajaan Sunda adalah pemecahan dari Kerajaan Tarumanegara. Pada tahun 670 Masehi peristiwa pemecahan itu terjadi. Hal ini di perkuat dengan sebuah sumber yang berasal dari berita Cina yang memberitahukan bahwa di tahun 979 Masehi menjadi tahun terakhir utusan Kerajaan Tarumanegara mengunjungi negeri Cina.
Di tahun 679 Masehi, Tarusbawa (raja pertama Kerajaan Sunda) memberikan mandat kepada bawahannya untuk memberitahukan informasi tentang pengangkatan dirinya sebagai raja di Kerajaan Sunda. Tarusbawa sendiri di angkat menjadi seorang raja pada tanggal 9 bagian-terang bulan Jesta tahun 591 Saka. Jika dalam tahun Masehi kurang lebih pada tanggal 18 Mei 669 Masehi. Nama Sunda yang terdapat pada sebuah Kerajaan tercatat dalam dua batu prasasti. Kedua batu itu di temukan di lokasi yang berbeda, yaitu di daerah Bogor dan di daerah Sukabumi.
Batu Prasasti pertama di temukan di kampung Pasir Muara, lebih tepatnya di pinggiran sebuah persawahan yang tidak jauh dari lokasi prasasti Telapak Gajah. Prasasti Telapak Gajah adalah prasasti yang menjadi peninggalan Purnawarman. Dalam batu prasasti yang kedua terdapat gambar sepasang telapak kaki gajah dan pada prasasti itu terdapat tulisasn yang berisi “jayavi shãlasya tãrumnendrasya hastinah airãvatãbhasya vibhãtidam padadvayam”. Jika di artikan ke dalam bahasa Indonesia berarti “kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata kepunyaan penguasa Tarumanegara yang jaya dan berkuasa).
Dengan demikian, sejarah dan perkembangan Kerajaan Sunda tidak hanya mencerminkan perjalanan sebuah kerajaan, tetapi juga kontribusinya terhadap pembentukan identitas budaya dan politik di Nusantara. Kerajaan ini meninggalkan warisan yang masih relevan hingga kini, baik dalam bentuk peninggalan arkeologis maupun dalam tradisi budaya yang masih di jaga oleh masyarakat Sunda modern.
Nama peninggalan-peninggalan Kerajaan Sunda mayoritas berasal dari lokasi atau tempat di temukan peninggalan tersebut. Hampir semua peninggalan-peninggalannya berlokasi di Jawa Barat. Beberapa dari peninggalan itu ada yang sudah hilang dan ada yang di pindahkan ke Museum Nasional Indonesia yang berlokasi di Jakarta.