Setelah Perang Dunia I, Jerman berada dalam kondisi yang sangat tidak stabil secara politik dan ekonomi. Dalam situasi ini, Adolf Hitler dan partai Nazi berhasil meraih kekuasaan pada tahun 1933. Salah satu langkah awal yang di ambil oleh rezim Nazi adalah membangun kembali kekuatan militer Jerman yang sebelumnya di batasi oleh Perjanjian Versailles. Tentara Nazi, yang di kenal sebagai Wehrmacht, di bentuk sebagai bagian dari upaya ini. Wehrmacht terdiri dari tiga cabang utama: Heer (Angkatan Darat), Kriegsmarine (Angkatan Laut), dan Luftwaffe (Angkatan Udara).
Ideologi Nazi, yang menekankan nasionalisme ekstrem dan rasisme, di integrasikan secara mendalam ke dalam struktur militer. Ini di lakukan melalui berbagai cara, termasuk pendidikan dan pelatihan yang menekankan superioritas ras Arya dan kebencian terhadap musuh-musuh ideologis seperti Yahudi dan Komunis. Selain itu, propaganda juga memainkan peran penting dalam memotivasi dan mengindoktrinasi tentara. Media massa, film, dan literatur di gunakan secara efektif untuk menyebarkan narasi Nazi dan membangun semangat juang di kalangan tentara.
Peran SS (Schutzstaffel) dan SA (Sturmabteilung) juga sangat signifikan dalam memperkuat kekuatan militer Nazi. SS, yang awalnya di bentuk sebagai unit pengawal pribadi Hitler, berkembang menjadi organisasi paramiliter yang kuat dan sangat ideologis. Mereka tidak hanya berfungsi sebagai pasukan tempur tetapi juga bertanggung jawab atas banyak kekejaman yang di lakukan selama Perang Dunia II, termasuk Holocaust. SA, di sisi lain, berfungsi sebagai sayap paramiliter partai Nazi dan memainkan peran penting dalam intimidasi politik selama tahun-tahun awal rezim Nazi.
Peran dan Operasi Tentara Nazi Selama Perang Dunia II
Selama Perang Dunia II, tentara Nazi Jerman memainkan peran yang krusial dan melancarkan berbagai kampanye militer yang mempengaruhi jalannya perang secara signifikan. Salah satu operasi pertama yang di laksanakan adalah invasi ke Polandia pada tahun 1939, yang menjadi pemicu awal dari konflik global ini. Strategi Blitzkrieg atau “perang kilat” di gunakan secara efektif dalam invasi ini, dengan memanfaatkan serangan cepat dan terkoordinasi dari pasukan darat, udara, dan mekanis untuk menghancurkan pertahanan musuh dengan cepat.
Blitzkrieg juga di gunakan di Eropa Barat, terutama dalam penaklukan Prancis pada tahun 1940. Dengan menggunakan taktik yang serupa, tentara Nazi berhasil mengalahkan pasukan Sekutu dalam waktu singkat, menyebabkan kejatuhan Paris dan pendudukan Jerman di sebagian besar wilayah Eropa Barat.
Salah satu operasi militer terbesar dan paling ambisius adalah Operasi Barbarossa, invasi ke Uni Soviet pada tahun 1941. Meskipun pada awalnya tentara Nazi berhasil mencapai kemajuan signifikan, mereka akhirnya menghadapi tantangan logistik besar, cuaca ekstrem, dan perlawanan sengit dari Tentara Merah.
Tindakan tentara Nazi tidak hanya terbatas pada operasi militer, tetapi juga berdampak besar pada populasi sipil. Kejahatan perang yang di lakukan, termasuk Holocaust, merupakan bagian kelam dari sejarah ini. Jutaan orang Yahudi, Roma, dan kelompok lainnya menjadi korban genosida sistematis yang di rancang dan di eksekusi oleh rezim Nazi. Tindakan brutal ini memunculkan penderitaan manusia yang tak terhitung dan meninggalkan bekas luka mendalam dalam sejarah dunia.