Sultan Hasanuddin adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang di kenal sebagai “Ayam Jantan dari Timur.” Gelar ini mencerminkan keberanian, keuletan, dan kepemimpinan beliau dalam melawan penjajahan Belanda pada abad ke-17. Hasanuddin, yang memiliki nama lengkap Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe, lahir pada tahun 1631 di Gowa, Sulawesi Selatan.
Latar Belakang
Sultan Hasanuddin merupakan putra Raja Gowa ke-15, Sultan Malikussaid. Kerajaan Gowa pada masa itu adalah salah satu kerajaan Islam terkuat di Nusantara, dengan wilayah kekuasaan yang meliputi sebagian besar Sulawesi dan daerah sekitarnya. Sebagai pewaris takhta, Hasanuddin di didik dengan pengetahuan agama, strategi militer, dan diplomasi.
Pada usia muda, Hasanuddin menunjukkan bakat kepemimpinan yang luar biasa. Ketika ayahnya wafat pada tahun 1653, Hasanuddin naik takhta sebagai Sultan Gowa ke-16. Ia segera menghadapi tantangan besar, yaitu ekspansi VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau Perusahaan Hindia Timur Belanda.
Perlawanan Terhadap VOC
VOC berusaha menguasai jalur perdagangan rempah-rempah di Nusantara, termasuk wilayah Sulawesi yang di kuasai Gowa. Sultan Hasanuddin menolak keras dominasi VOC dan kebijakan monopoli mereka. Ia menyatukan kerajaan-kerajaan lokal untuk melawan kekuatan kolonial tersebut.
Perlawanan Hasanuddin mencapai puncaknya dalam Perang Makassar (1666–1669). Dalam peperangan ini, VOC bersekutu dengan Kerajaan Bone yang merupakan rival Gowa. Meskipun menghadapi tekanan besar, Hasanuddin memimpin pasukannya dengan gagah berani, bahkan membuat VOC kewalahan.
Namun, superioritas teknologi dan strategi VOC pada akhirnya memaksa Gowa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Perjanjian ini sangat merugikan Gowa karena membatasi kekuasaan dan perdagangan mereka. Meski demikian, semangat perjuangan Hasanuddin tetap menjadi inspirasi bagi rakyatnya.
Warisan dan Pengaruh
Sultan Hasanuddin wafat pada 12 Juni 1670 di usia 39 tahun. Ia di makamkan di Kompleks Pemakaman Raja-Raja Gowa di Sungguminasa, Sulawesi Selatan. Perjuangan dan pengorbanannya melawan penjajahan di abadikan dengan gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia.
Selain itu, nama Sultan Hasanuddin di kenang dalam berbagai bentuk, seperti Universitas Hasanuddin di Makassar, Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, dan jalan-jalan di berbagai kota di Indonesia. Beliau juga menjadi simbol perlawanan terhadap penindasan dan semangat persatuan bangsa.
Sultan Hasanuddin adalah figur yang tidak hanya di kenang karena keberaniannya dalam medan perang, tetapi juga karena visinya untuk melindungi kemerdekaan dan martabat rakyatnya. Gelar “Ayam Jantan dari Timur” mencerminkan semangat juang yang tak pernah padam. Warisan perjuangan beliau menjadi inspirasi bagi generasi penerus untuk terus mempertahankan kedaulatan dan kehormatan bangsa Indonesia.